Minggu, 02 Oktober 2011

Aku dan Masa Depanku

Home
About

Aku Ingin Ada Air untuk Masa Depan!

Februari 15, 2011

foto0065

Apakah Anda bisa bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama tanpa air? Semua manusia pasti akan menjawab : “tidak mungkin!”. Tidak dapat dipungkiri, air memang menjadi unsur penting penunjang kelangsungan hidup. Tanpa air, tidak ada kehidupan, itulah fakta dasarnya. Namun, fakta ini justru tidak membuat sadar akan pentingnya setiap tetes air yang ada di bumi ini. Ini terbukti dengan meningkatnya pencemaran air di seluruh belahan dunia. Di Indonesia, pencemanaran air juga banyak terjadi. Akibatnya, urgensi akan air mulai terasa di beberapa daerah. Di Jakarta, krisis air bersih besar-besaran juga terjadi. Dilansir dari harian online Kompas.com, Jakarta mengalami defisit air bersih yang diperkirakan 11.982 liter per detik. Ini disebabkan karena 13 sungai yang melewati wilayah Jakarta tidak layak untuk dikonsumsi.

Topik mengenai pelestarian air di bumi, menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Dalam artikel “Aku Ingin Ada Air untuk Masa Depan!” ini, saya akan membahas mengenai pentingnya air sebagai sumber kehidupan, bentuk-bentuk pencemaran dan pelestarian air, serta isu-isu yang menyangkut di dalamnya. Untuk mewujudkan kelestarian air tidak hanya fokus pada air saja, melainkan juga menyangkut kelestarian bumi (lingkungan). Sebab, hubungan antara kelestarian bumi (lingkungan) dan air saling bersinergi kuat antara satu dengan yang lainnya. Kelestarian air menyangkut kelestarian bumi (lingkungan), dan begitu juga sebaliknya. Kerusakan/ketidakstabilan air akan berdampak pada kerusakan lingkungan, dan juga berlaku sebaliknya.

Air Sebagai Sumber Kehidupan

Air merupakan salah satu dari 4 unsur yang mengindikasikan adanya sebuah kehidupan. Sedangkan 3 unsur lainnya meliputi karbondioksida, metana dan oksigen. Air juga dapat dikatakan sebagai sumber kehidupan. Kelangsungan hidup manusia, tumbuhan, dan hewan juga bergantung hidup pada air. Banyak manfaat yang diberikan air untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi.

sahabat-kompas-muda1
Air Bagi Tubuh Manusia

Hampir 75% tubuh manusia tersusun atas unsur air. Inilah yang menjadi teori dasar bahwa “Air Penting Bagi Tubuh”. Total 75% komponen air pada tubuh meliputi jaringan otot (persentase 50%-70% kandungan air dari jaringan otot), darah (persentase kandungan air 80% dari darah), otak (persentase 78 – 85% kandungan air dari otak), tulang (persentase 20-33% kandungan air dari tulang), dan sisanya terdapat pada komponen tubuh lainnya.

Kadar air dalam tubuh harus selalu stabil sesuai dengan kadar normalnya. Jika tidak, fungsi organ tubuh akan menurun dan lebih mudah terserang oleh bakteri dan virus. Pada saat melakukan aktifitas apapun (termasuk bernapas), tubuh menggunakan unsur air untuk menjalankan fungsi kerja organ. Akibatnya, kadar air dalam tubuh akan menjadi berkurang. Agar selalu dalam keadaan stabil, diperlukan asupan air yang cukup bagi tubuh secara kontinu. Dari beberapa referensi yang saya baca, disarankan untuk mengkonsumsi 5 ½ sampai 8 gelas air setiap harinya untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.

Namun sayangnya, masih banyak juga yang belum mengetahui penting air bagi tubuh manusia, termasuk para remaja. Dikutip dari Kompas.com, dari 209 remaja yang menjadi responden, 51,1 persen mempunyai pengetahuan rendah tentang air minum. Hanya 21,4 persen saja yang mengetahui empat kegunaan air bagi tubuh, 43,2 persen yang mengetahui akibat kurang air minum, 44,2 persen yang mengetahui empat gejala kekurangan air.

Air tidak hanya berperan pada internal tubuh, dalam kelangsungan hidup air juga diperlukan bagi tubuh untuk keperluan lainnya (eksternal tubuh). Contohnya, untuk keperluan MCK yang tidak lepas dari peran air. Dalam keperluan MCK gunakanlah air bersih untuk kesehetan tubuh Anda,
Air Bagi Hewan, Tumbuhan, dan Lingkungan

Tumbuhan menjadikan air sebagai kebutuhan primer pendukung kelangsungan hidupnya. Air digunakan untuk menjaga turgiditas sel (tidak layu), pelarut hara dan senyawa lain, evapotranspirasi, serta yang terpenting yaitu reaksi fotosintesis. Air bersama unsur lainnya diolah menjadi oksigen dan glukosa. Hampir semua makhluk hidup bergantung pada hasil akhir dari proses otosintesis ini. Sumber makanan hewan dan manusia berasal dari tumbuhan Sedangkan oksigen yang dihasilkan juga sangat berguna bagi hewan dan tumbuhan agar dapat bernapas.

Peran penting tumbuhan juga berpengaruh pada lingkungan. Pernyataan ini didukung dengan kenyataan akan kemampuan tumbuhan yang menyerap dan mengolah karbondioksida, mencegah terjadinya erosi, tanah longsor dan banjir, sumber makanan bagi manusia dan hewan. Jika jumlah tumbuhan kurang dari kebutuhan suatu lingkungan, maka otomatis kestabilan lingkungan akan terganggu.

Jadi, secara singkat peran air bagi hewan, tumbuhan, dan lingkungan adalah air sangat dibutuhkan oleh hewan dan tumbuhan untuk bertahan hidup, dengan jumlah hewan dan tumbuhan yang tetap stabil maka keadaan lingkunhan juga akan ikut stabil. Sebaliknya, jika tidak ada air, jumlah tumbuhan dan hewan menurun, kestabilan lingkungan akan terganggu.

Penyebab dan Dampak Negatif yang Dapat Terjadi Pada Air

Jika tidak ada bentuk usaha untuk peduli dengan air maka akan banyak bencana dan malapetaka yang akan dialami oleh peradaban hidup manusia. Di satu sisi air bisa menjadi sahabat yang selalu mendukung kehidupan manusia, namun disisi lain bisa menjadi musuh yang mengancam hidup manusia (jika tidak ada perhatian khusus terhadap pelestarian air).

kompas-muda-cegah-cemar-air1

Pencemaran Air. Perkembangan teknologi yang tidak ramah lingkungan serta gaya hidup manusia yang tidak ramah lingkungan akan menyebabkan pencemaran air. Jika ini terjadi secara kontinu tanpa ada upaya perubahan, pencemaran air akan menjadi semakin akut dan tidak bisa dipulihkan kembali. Dan pada saat itu juga, episode akhir dari perjalanan hidup peradapan manusia di bumi.

Salah satu penyebab terbesar pencemaran air adalah limbah industri. Pembuangan limbah industri secara ilegal membawa dampak buruk bagi kehidupan lingkungan sekitarnya. Di Indonesia sendiri, pencemaran air akibat limbah industri sudah banyak terjadi. Seakan tidak ada lelahnya saluran pembuangan akhir industri-industri itu ”memuntahkan” limbah beracun.

Pencemaran air dapat terindikasi jika ada perubahan suhu, tingkat PH, adanya warna, bau dan rasa, timbulnya endapan, koloidal, bahan pelarut, adanya mikroorganisme, meningkatnya radioaktivitas pada air.

Unsur kimia yang terkandung dalam limbah pabrik dan sampah-sampah yang dibuang sembarang yang kemudian bersatu padu dengan air adalah amunisi ampuh untuk “menghancurkan” manusia dan lingkungan disekitarnya. Sebagai sebuah bayangan, kita ambil contoh pencemaran air oleh Merkuri (Hg). Limbah Merkuri ini biasanya berasal dari limbah industri (terutama industri tambang emas).

Dampak merkuri dapat terjadi langsung ataupun tidak langsung pada manusia. Bahaya secara langsung, jika kita menggunakan air yang telah terkontaminasi oleh merkuri untuk dikonsumsi. Bahaya secara tidak langsung, merkuri yang telah mencemari air ini akan berubah menjadi metilmerkuri oleh bakteri tertentu. Semua makhluk hidup yang bergantung hidup pada air kontaminasi merkuri ini akan ikut terkontaminasi oleh merkuri. Keadaan ini akan terus berlanjut antara makhluk hidup lainnya melalui proses makan dan dimakan. Sehingga pada akhirnya kontaminasi kandungan merkuri bisa saja berlanjut kepada manusia jika mengkonsumsi hewan atau tumbuhan yang telah ikut terkontaminasi.

Bahaya merkuri? Sulit untuk dibayangkan betapa mengerikannya bahaya merkuri pada manusia. Manusia yang telah kontaminasi merkuri berpotensi mengalami keracunan, gangguan sistem syaraf, gagal ginjal, dan tentu saja dampak akhirnya berupa kematian. Sedangkan jika wanita yang hamil ikut terkontaminasi merkuri, maka kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang cacat.

Ini hanya salah satu contoh akibat dari unsur berbahaya yang ada pada banyaknya kasus pencemaran air. Belum lagi, akibat-akibat lain yang lebih berbahaya dari ini.

Banjir, Tanah Longsor, dll. Bencana banjir dan tanah longsor seakan menjadi agenda tahunan di Indonesia. Bencana yang terjadi ini bukan tanpa sebab. Air seakan menunjukkan “kegarangannya” akibat perlakuan buruk yang selalu diberikan kepadanya. Ini terjadi karena adanya deforestasi dan degradasi hutan yang disebabkan karena pembalakkan liar (illegal logging), kebakaran hutan, limbah, dll. Akibat deforestasi dan degradasi hutan ini, menyebabkan ekosistem air menjadi rusak.

Hutan (pohon) adalah pengendali daur air yang disuatu sisi sebagai penyedia air (konsep panen air/water harvesting) dan disisi lain sebagai penjamin penghasilan air (water yield). Hutan (pohon) memiliki fungsi hidro-orologis sebagai pencegah kekeringan di musim kemarau dan pencegah banjir serta erosi pada musim hujan. Jika hutan (pohon) terus menerus dirusak, maka akan terjadi adalah kebalikan fungsi hidro-orologis yang sebenarnya.

Krisis Air. Penyebab umum krisis air kurang lebih sama dengan fungsi hidro-orologis hutan (pohon). Namun, dalam hal ini yang menjadi sorotan adalah penurunan fungsi hutan dalam hal penyimpan cadangan air. Akibatnya, ketika musim kemarau tiba, tidak ada cadangan air tanah. Krisis air (bersih) juga disebabkan oleh pencemaran air dari limbah industri dan rumah tangga, sanitasi yang buruk.

Bentuk-Bentuk Usaha Konservasi Air

gambar-usaha-konservasi1

Pergerakan sikap manusia peduli air nampaknya mulai nampak. Banyak yang kita dilakukan untuk pelestarian air dibumi. Mulai dengan bergaya hidup “cinta air”, penertiban dan kontrol limbah pabrik, dan membuat suatu inovasi teknologi untuk konservasi air.
Konversi Gaya Hidup Masyarakat untuk Cinta Air dan Lingkungan

Untuk mulai gerakan “Aku Ingin Air untuk Masa Depan!” harus dimulai dari pribadi sendiri. Semakin banyak orang yang menyadari dan mengikuti gaya hidup cinta air dan lingkungan, maka pengaruh ke individu untuk mengikuti gaya hidup yang sama akan semakin cepat. Jadikan gaya hidup ini sebagai trend dikalangan masyarakat. Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan dari diri sendiri untuk pelestarian air di masa depan?

Hemat Air. Iya, benar sekali kita harus menghemat air. Menggunakan harus air harus secara bijak, karena proses pendaur-ulangan air kotor menjadi air bersih ini cukup lama. Terlebih, dengan kondisi lingkungan yang sekarang ini, air (bersih) sangat sulit untuk didapatkan. Bersyukurlah bagi yang lingkungannya masih dapat mendapatkan air (bersih) yang cukup.

Jaga Kebersihan Lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan, secara tidak langsung menjaga kebersihan air juga. Lingkungan yang bersih adalah jaminan sebuah kesehatan, bukan?

Buanglah sampah pada tempatnya dan akan lebih baik lagi jika dilakukan pemilahan sampah agar proses daur ulang sampah dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Statistik persampahan Indonesia menunjukkan bahwa mengalami peningkatan, seiring pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi.

Penghijauan halaman rumah. Dengan menanam tumbuh-tumbuhan di halaman rumah akan menjadikan rumah Anda menjadi lebih asri. Positif lain yang akan didapatkan adalah asupan oksigen dari hasil daur ulang oleh tumbuhan akan Anda dapatkan setiap harinya. Sistem akar pada tumbuhan juga akan membantu penyerapan air yang akan menjadi cadangan air tanah.

Peran Sistem Informasi dalam Perekonomian Indonesia

Sebuah sistem informasi yang dibangun dan dipelihara dengan baik akan memberikan manfaat berwujud yang secara faktual dapat dilihat pergerakannya melalui pendapatan yang diraih serta biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Indikator dari keberhasilan/manfaat yang berdampak pada peningkatan pendapatan adalah meningkatnya penjualan dalam pasar yang sudah ada serta perluasan ke pasar yang baru.

Sistem informasi yang baik dapat digunakan tidak hanya untuk penyimpanan data secara elektronik saja tetapi harus mampu mendukung proses analisis yang diperlukan oleh manajemen.

Sehingga dengan dukungan sistem informasi yang baik maka dapat diperoleh informasi yang akurat, terpercaya, mutakhir dan mudah diakses mengenai kondisi penjualan perusahaan.

Dengan adanya laporan yang tersaji dengan cepat dan setiap saat dapat diakses tersebut maka keputusan-keputusan yang diambil pun dapat lebih cepat dan presisi terhadap dinamika pasar yang ada.

Sedangkan dari sisi pengurangan biaya dapat dilakukan analisis faktual atas pengurangan jumlah sumber daya manusia yang dilibatkan dalam bisnis, pengurangan biaya operasional seperti pasokan maupun overhead, pengurangan barang/material dalam stok gudang, pengurangan biaya pemeliharaan dan penyediaan perlengkapan yang tidak terlalu mahal.

Contoh dari pengurangan jumlah sumber daya manusia adalah dalam proses pencatatan transaksi keuangan. Jika sebelumnya proses di akunting harus dikelola minimalnya oleh lima orang maka dengan implementasi SIA (sistem informasi akuntansi) yang baik cukup dikerjakan oleh satu orang saja.

Hal ini disebabkan dengan SIA yang terintegrasi maka setiap proses pembukuan dapat diproses langsung dari masing-masing bagian terkait tanpa harus melalui proses pengisian ulang data.

Selain itu secara otomatis dengan penerapan SIA maka laporan-laporan keuangan dapat disajikan berdasarkan data-data transaksi tersebut tanpa re-entry.

Masalah penumpukan pasokan material produksi yang selama ini sering menjadi beban aktiva perusahaan dengan penerapan modul SCM (supply chain management) dalam sistem informasi yang dikembangkan sangat membantu memecahkan masalah tersebut.

Dengan dukungan SCM yang baik maka penumpukan stok material produksi dapat ditekan seminimal mungkin. Dimana perusahaan cukup memesan kepada para pemasok hanya pada saat mencapai batas minimum persediaan.

Harga yang didapat pun bisa sangat kompetitif karena diperoleh dari beberapa pemasok sehingga tentunya hal ini sangat menguntungkan perusahaan.

Penekanan pada jumlah tenaga kerja tentunya berdampak pada turunnya jumlah investasi perlengkapan yang harus diinvestasikan yang berdampak pula pada turunnya biaya pemeliharaan

Kekerasan Dikalangan Pelajar dan Mahasiswa

Terjadinya tindak kekerasan yang baru-baru ini sering terjadi di kalangan pelajar dan mahasiswa, seperti perkelahian antar pelajar di Depok Tanggerang, penyiksaan yang dilakukan oknum pelajar SMP di Tasikmalaya dan perkelahian antar mahasiswa, tentu mengagetkan kita semua. Betapa tidak, lembaga pendidikan yang semestinya berfungsi sebagai agen perubahan justru berubah fungsi menjadi wadah geng generasi muda. Anehnya lagi, konon katanya kegiatan tersebut tidak jarang tanpa sepengetahuan Kepala Sekolah dan guru-guru. Pertanyaan yang kemudian patut dikemukakan sudah demikian rapuhkah dunia pendidikan kita, sehingga aksi kekerasan cenderung meningkat? Apa faktor penyebabnya, dan bagaimana solusinya?

Tidak mudah memang menjawab pertanyaan di atas, sebab selain faktor penyebabnya sangat kompleks, juga dibutuhkan data empiris melalui kajian yang komprehensif dan mendalam. Namun demikian, secara umum faktor penyebab kekerasan dalam pendidikan itu disebabkan oleh kondisi internal dan eksternal pendidikan. Secara internal setidaknya ada dua penyebab mengapa kekerasan dalam pendidikan itu terjadi.

Pertama, sebagai akibat adanya pelanggaran yang disertai dengan hukuman, terutama fisik. Kasus penyiksaan murid di Sukoharjo beberapa tahun lalu misalnya, merupakan contoh aksi kekerasan dalam pendidikan yang diakibatkan oleh pelanggaran yang disertai hukuman. Hanya karena pertikaian antar sesama siswa dalam bentuk saling ejek, Singgih Prabowo harus menjalani hukuman dalam bentuk push up sebanyak 50 kali, melakukan rolling 20 kali, dijambak, dipukul mukanya, dan kepalanya dibenturkan ke tembok.

Kedua, buruknya sistem dan kebijakan pendidikan yang berlaku. Padatnya muatan kurikulum di sekolah misalnya, tidak jarang mengakibatkan anak kehilangan masa remajanya yang penuh dengan suasana kegembiraan dan keceriaan. Bahkan yang lebih ironis lagi, muatan kurikulum pendidikan saat ini lebih banyak hanya menekankan domain kognitif saja dan mengabaikan domain afektif, sehingga tidak jarang mengakibatkan dehumanisasi dalam pendidikan.

Ketiga, lemahnya posisi anak didik. Sebagaimana diketahui, setiap semester siswa memperoleh evaluasi dari guru, sedangkan evaluasi untuk guru dari murid bisa dikatakan belum–untuk mengatakan tidak–begitu membudaya. Bila anak selalu belajar dari guru, sebaliknya, dalam realita guru jarang mau belajar dari siswa untuk meningkatkan kualitas, kedisiplinan, dan profesionalismenya. Dengan kata lain, value system dan etika yang berkembang belum memungkinkan proses timbal balik. Lemahnya posisi anak didik ini oleh Abdurrahman Mas’ud (2002) digambarkan dengan ungkapan ”being student is nothing, being a teacher is everything”.

Keempat, rendahnya komitmen dan penghargaan terhadap guru, langsung atau tidak langsung, kadang ikut mempengaruhi terjadinya kekerasan dalam pendidikan; a) gaji yang sangat rendah, bahkan lebih rendah dari pekerjaan lain dengan tingkat pendidikan yang sama atau bahkan dengan pendidikan yang lebih rendah; b) kenaikan pangkat yang menjadi hak guru seringkali kurang lancar karena terhambat tembok birokrasi yang panjang, bahkan tidak jarang seorang guru harus berulangkali memperbaiki usulannya, sehingga menghabiskan banyak energi, waktu dan biaya; c) rasa aman dalam menjalankan tugas masih belum terjamin sepenuhnya karena berbagai perlakuan yang tidak fair terhadap guru yang kemudian mengganggu konsentrasinya dalam menjalankan tugas. Akibatnya, wibawa guru sangat rendah, bahkan untuk sekadar campur tangan memonitoring kegiatan siswa saja tidak dibolehkan, sebagaimana yang terjadi di SMA 34 Jakarta tersebut.

Sedangkan secara eksternal kekerasan dalam pendidikan bisa disebabkan oleh; Pertama, lingkungan masyarakat dan tayangan media massa. Lingkungan masyarakat yang tidak kondusif ditambah dengan aksi kekerasan (violence) yang terjadi di berbagai wilayah, yang dengan mudah disaksikan anak, langsung atau tidak langsung ikut mempengaruhi semakin meningkatnya aksi kekerasan dalam pendidikan. Sementara itu, tayangan media massa baik cetak maupun elektronik, dengan begitu vulgarnya menampilkan budaya kekerasan dan pornografi. Kasus Smack Down yang begitu menghentakkan kita semua misalnya, hanya sebagian kecil budaya kekerasan fisik yang ditampilkan. Masih banyak model-model kekerasan non fisik lainnya yang begitu vulgarnya ditampilkan melalui tayangan televisi, dan bahayanya justru jauh lebih berbahaya. Kuatnya bahaya pengaruh televisi terhadap perilaku seseorang telah dibuktikan lewat penelitian ilmiah. Penelitian yang dilakukan American Psychological Association (APA) pada tahun 1995 misalnya, menemukan bahwa hampir semua perilaku buruk yang dilakukan seseorang adalah hasil dari pelajaran yang mereka terima dari media semenjak usia anak-anak.

Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Lumpur Lapindo

Banyak harapan dari masyarakat yang dibebankan ke pundak SBY-Boediono. Salah satu harapan itu tentunya adalah penyelesaian persoalan lumpur Lapindo secara lebih adil. Sudah tiga tahun lebih semburan lumpur Lapindo muncul di Porong, Sidoarjo. Pemerintah telah mengeluarkan surat perintah penghentian penyidikan (SP3) atas kasus pidana Lapindo, dan disusul munculnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 14 Tahun 2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo. Namun, kedua kebijakan itu justru menjauhkan dari model penyelesaian secara adil dalam kasus lumpur Lapindo.

Bagaimana tidak, dengan keluarnya kedua kebijakan itu, tanggung jawab penanganan lumpur justru lebih banyak dibebankan kepada pemerintah. Adapun pihak Lapindo hanya diserahi tanggung jawab menyelesaikan jual-beli aset sesuai dengan peta wilayah yang terkena dampak pada 22 Maret 2007.

Dalam Perpres No. 40/2009 itu, persoalan ganti rugi pun secara legal kembali direduksi menjadi persoalan jual-beli aset. Kerugian warga karena menghirup udara beracun dan menggunakan air tercemar sejak muncul semburan lumpur Lapindo tiga tahun yang lalu tetap tidak pernah dianggap penting oleh pemerintah. Padahal warga Porong adalah warga negara Indonesia yang sah. Mereka pantas mendapat perlindungan dari negara.

Pertanyaan berikutnya tentu saja adalah, apakah kisah pilu korban Lapindo selama tiga tahun lebih itu kini mampu membuka mata hati pemegang kebijakan di pemerintah SBY jilid II kali ini. Apakah penderitaan warga Porong akan kembali dilanjutkan dalam lima tahun mendatang oleh pemerintah Presiden SBY? Pertanyaan itu pantas diajukan karena saat ini mulai muncul keraguan masyarakat terhadap pasangan SBY-Boediono dalam menyelesaikan kasus Lapindo. Menurut hasil survey LP3ES yang dipublikasikan di Jakarta (20 Oktober), 52 persen publik tidak yakin pasangan SBY-Boediono mampu menyelesaikan kasus lumpur Lapindo.

Namun, di tengah kegelapan selalu terpancar seberkas sinar dari sebuah lilin kecil, tak terkecuali dalam kasus lumpur Lapindo ini. Ada secercah harapan Presiden SBY untuk dapat menyelesaikan kasus Lapindo secara lebih adil dalam masa jabatan 2009-2014 mendatang.Pasalnya, dalam debat calon presiden pada pemilu presiden yang lalu, SBY telah berjanji untuk meninjau ulang model penyelesaian kasus Lapindo selama ini.

Setidaknya ada dua hal yang perlu ditinjau ulang agar kasus Lapindo dapat diselesaikan secara lebih adil. Pertama, pemerintah harus terlebih dulu berani meninjau ulang keyakinannya bahwa semburan lumpur Lapindo disebabkan oleh bencana alam. Secara ilmiah, keyakinan bahwa lumpur Lapindo merupakan akibat bencana alam sebenarnya juga telah ditentang oleh mayoritas pakar geologi dan pertambangan internasional. Bahkan dokumen rahasia PT Medco yang dipublikasikan oleh website Aljazeera juga dengan jelas mengungkapkan bahwa semburan lumpur di Sidoarjo berkaitan dengan aktivitas pengeboran.